Minggu, 21 Desember 2014

Aksi Bela Negara Indonesia Terhadap Penjajahan Mental

  

Aksi Bela Negara Indonesia Terhadap Penjajahan Mental

LATAR BELAKANG

Kita sebagai warga negara Indonesia harus memiliki kesadaran bela negara, sebab sudah sepatutnya kita bangga dengan tanah air kita. Negara tercinta kita ini merupakan negara yang sangat kaya dengan hamparan kekayaan yang melimpah ruah. Untuk masa sekarang, kita memang tidak harus lagi berperang melawan penjajah, karena secara syariat negara kita sudah merdeka, namun jiwa dan mental sebagai seorang patriot harus tetap ada, karena pada kenyataannya masih banyak penjajah baru yang masuk ke negara Indonesia yang sulit diperangi. Sebut saja perang melawan narkoba, yang semakin hari semakin meraja lela dan merusak masyarakat Indonesia, khususnya kaum generasi muda. Untuk itu mental dan sikap akan kesadaran bela negara tetap dibutuhkan dan harus ada terus dalam diri setiap warga negara Indonesia.
Situasi dan kondisi saat ini seolah-olah sejarah kemerdekaan itu sudah diabaikan, salah satu penyebabnya adalah karena tergerus oleh budaya-budaya global yang semakin berdatangan dan mulai mudah masuk di negara Indonesia. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunikasi dan trnasportasi, sehingga dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur baru yaitu struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, serta akan mempengaruhi juga daiam berpola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia sehingga akan mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia.
                       
PEMBAHASAN

Pengertian Bela Negara/Pembelaan Negara
Bela negara atau pembelaan Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warganegara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air (wilayah Nusantara) dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 serta konstitusi Negara.

Asas Demokrasi dan Bela Negara
Berdasarkan UUD 1945 pasal 27 ayat 3 dalam perubahan kedua UUD 1945, bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara. Yang mencakup dalam dua arti. Pertama, bahwa setiap warga negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

Asas Motivasi Dalam Bela Negara
Usaha dalam bela negara, bertumpuh pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan kewajiban. Kesadaran tersebut perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan motivasi setiap warga negara untuk ikut serta membela negara Indonesia antara lain:
a.                                     Pengalaman sejarah perjuangan RI.
b.                                    Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis.
c.                                     Keadaan penduduk (demografis) yang besar.
d.                                    Kekayaan sumber daya alam.
e.                                     Perkembangan dan kemajuan IPTEK dibidang persenjataan.
f.                                     Kemungkinan timbulnya bencana perang.

Penjajahan Mental
Perkembangan globalisasi ditandai dengan kuatnya pengaruh lembaga-Iembaga kemasyarakatan internasional, negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan perpolitikan, perekonomian, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan global. Disamping hal tersebut adanya issu global yang meliputi demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup turut pula mempengaruhi keadaan nasional. Semakin meningkatnya globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunikasi dan trnasportasi, sehingga dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa mengenal batas negara.
Kondisi yang demikian menciptakan struktur baru yaitu struktur global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, serta akan mempengaruhi juga daiam berpola pikir, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia sehingga akan mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia. Pada umumnya atau khususnya untuk saat ini, banyak sekali orang yang sudah cenderung untuk individualistic, kalau tidak bergolong-golong. Sepertinya kepentingan pribadai dan kepentingan golongan itu seolah-olah sudah didahulukan dan sudah hampir menjadi kepentingan yang harus wajib dilakukannya.
Bahkan tidak sedikit menjadi pemberitaan di media massa kalau para pejuang-pejuang sekarang ini yang berdalih memperjuangkan rakyat itu sebetulnya untuk pribadi maupun golongannya. Masyarakat sudah mengetahui dengan jelas akan hal itu, padahal yang sebenarnya, apabila memang mereka berjuang untuk bangsa tidak ke arah sana jalan pikirannya mereka. Untuk sekarang ini sangatlah beda jauh, memperjuangkan rakyat hanyalah dijadikan sebuah kedok untuk memperkaya dirinya sendiri, bukan malah benar-benar membela dan memperjuangkan rakyat.
Memang harus diakui bahwa banyak sekali contoh-contoh yang keliru, bahkan penghormatan kepada generasi tua pun diabaikan. Bahkan banyak diantaranya mereka mengatakan, “ orang-orang tua, pejuang adalah laskar yang tak pernah diperlukan lagi”, itulah masalahnya. Padahal seharusnya mereka berkewajiban menularkan kembali nilai-nilai perjuangan, keheroikkan, keikhlasan, pengorbanan dijadikan nilai-nilai baru sesuai dengan perkembangan dan perjuangan setiap generasi sesuai dengan jamannya.
Hal ini memang sulit untuk dicegah, karena kemajuan begitu pesatnya sehingga seolah-olah perjuangan dahulu itu tidak ada artinya, karena generasi tidak pernah mengalami bagaimana berat ringannya pengorbanan generasi tua atau generasi pendahulunya. Yang mereka ketahui hanyalah hidup dalam era yang sudah makmur. Inilah sebuah hal yang menjadi penyebab sulitnya mewariskan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan. Generasi sekarang tidak ada yang mengingat-ingat perjuangan masa lalu, tetapi kemakmuran yang dikejar-kejar saat ini.

Aksi Yang Dilakukan
Semangat jiwa patriotik dan semangat yang militant tentunya harus tetap diwariskan kepada generasi penerus sebagai modal membangun bangsa. Dan tentunya penghormatan yang tinggi juga kita berikan kepada generasi perjuangan yang tinggal dalam hitungan jari. Wujud dari bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan kedaulatan negara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Sehubungan dengan hal tersebut, tentunya untuk menjadi bangsa yang maju kita memerlukan sosok atau tokoh pemimpin yang memupuni dalam berbagai segi bidang yang harus seorang pemimpin itu miliki. Misalnya saja seorang pemimpin harus mempunyai rasa kepedulian akan nasib rakyatnya, seorang pemimpin yang mengedepankan kepentingan rakyatnya, seorang pemimpin yang memberikan keleluasaan dan memajukan rakyatnya, maka pemimpin tersebut akan dianggap sebagai pemimpin yang benar-benar disebut pahlawan. Siapapun bisa menjadi pahlawan, kalau pada masa revolusi para pejuang berjuang dengan mengorbankan harta jiwa dan raga, tetapi pada masa sekarang berjuang bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan dan keahlian di beberapa bidangnya masing-masing.
Selain itu pemerintah daerah harus mampu membangun suasana yang harmonis, terutama antara legislatif dan eksekutif. Kalau harmonis dan ide itu tidak terlalu beda untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia, maka kemiskinan di Indonesia juga akan sangat melesat terjadi. Tetapi dapat kita lihat dimana-mana ada orang berkeliaran, berkeliling satu rumah ke rumah yang lain, untuk menadahkan tangan, padahal di rumahnya mereka (para pengemis) itu mempunyai ternak yang banyak. Rakyat yang seperti inilah yang harus kita rubah cara berpikir atau pola pikirnya. Merubahnya dapat kita lakukan dengan kita menanamkan mentalitas yang tinggi terhadap pola pikir mereka saat ini. Yaitu dengan cara menggugah para ulama, karena para ulama kebanyakan menjadi panutan bagi banyak masyarakat yang hidup dipelosok.
Kesadaran bela negara merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh setiap warga negara untuk mempertahankan negaranya dari segala bentuk ancaman dan gangguan yang akan menganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran tersebut dapat menumbuhkan rasa percaya diri, patriotisme, nasionalisme, dan memiliki rasa yang tinggi dari segenap warganya, sehingga dapat mengangkat harga diri dan kehormatannya serta bangsanya.

DAFTAR PUSTAKA
Tim, Pendidikan Kewarganegaraan. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Surabaya: Unesa University Press.

GERLIK (Gerakan Peduli Anak Indonesia)


Gerakan Peduli Anak Indonesia Tepatnya di "Surabaya"




Selamat Datang di Gerlik
Peduli Anak Bangsa = Menyelamatkan Negara
Anak tidak dapat memilih keadaan saat dia dilahirkan. Namun setiap anak memiliki potensi masing masing yang dibawa. Kesempatan dan keadaan terkadang menjadi penghambat untuk mengembangkan potensi dari bibit bibit generasi pembaruan ini.

1 - 1 = 11
1 kebaikan yang diberikan akan mendapat 10 balasan kebaikan
1 ilmu bermanfaat yang diajarkan kepada 1 anak akan menular kepada 10 anak lainnya.
Semua anak yang terlahir memiliki fitrah masing-masing. Setiap anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran yang layak. Dan semua orang wajib mendidik serta mengajar untuk menjaga fitrah dari lahirnya seorang anak.
Untuk Engkau Anak Indonesia!!!

Senyum keceriaan anak bangsa merupakan cita-cita kami semua. Lihatlah! Betapa cerianya mereka saat kami para relawan GERLIK (Gerakan Peduli anak) di Surabaya datang menyambangi mereka untuk memberikan rutinitas belajar sambil bermain. Antusiasnya luar biasa... kami relawan GERLIK sempat terharu, mereka yang notabene nya adalah anak-anak dari lingkungan pemulung yang mungkin kurang beruntung dalam hal fasilitas pendidikan dan perhatian dari lingkungannya, namun semangat mereka untuk ingin tahu, semangat untuk belajar sangat tinggi. Tidak ada yang salah dalam diri mereka, hanya lingkungan yang kurang memberikan dukungan moral dan terlalu kerasnya ancaman lingkungan disekitar mereka, sehingga mau tidak mau sejak kecil merekalah yang terkena imbasnya. Meskipun mereka juga belajar di pendidikan formal, namun pendidikan formal pada jenjang yang mereka tempuh merupakan pendidikan formal terbuka. Kami pun awalnya juga sempat kualahan, bagaimana tidak?? Karakteristik tingkah mereka yang sedikit sulit dikendalikan dibandingkan anak-anak lain yang sebelumnya kami jumpai. Namun, justru itu yang membuat kami para relawan betah berlama-lama dengan mereka, ada saja cerita-cerita unik dari mereka.
Ada beberapa hal yang membuat kami merasa kaget, ada beberapa anak yang sudah menginjak sekolah dasar kelas 4 SD belum bisa membaca, namun anak tersebut sangat jago dalam bidang matematika, disitulah kami para kakak-kakak GERLIK mulai mengajak dan mengarahkan mereka dalam bentuk pendampingan dalam belajar, agar potensi anak tersebut ditingkatkan dan tidak lupa mereka juga diberikan bimbingan khusus pada bagian mana yang mereka rasa belum bisa, seperti membaca tadi. Masih banyak cerita kami dari para relawan GERLIK yang terus semangat memberikan pendampingan pembelajaran kepada adik-adik kita yang masih kurang beruntung dalam hal pendidikan. Ayo... semangat terus mutiara bangsa, jadilah dirimu yang terbaik untuk negeri kita tercinta Indonesia.

Semangat bagi semua pengurus gerlik yang sedang melaksakan tugas sebagai pengurus gerlik. Semoga gerlik semakin maju dan berkembang dengan baik, dan iplementasi kedepannya semoga dapat bermanfaat untuk kita semua. Amiiin. :D











Konsep Ketahanan Nasional Terhadap Pembentukan Identitas Nasional Dalam Era Global



Konsep Ketahanan Nasional Terhadap Pembentukan Identitas Nasional Dalam Era Global

LATAR BELAKANG

Setiap bangsa di dunia ini mempunyai identitas dan kepribadian masing-masing. Identitas dan kepribadian merupakan salah satu elemen pembeda antara bangsa yang satu dengan yang lain. Identitas dan kepribadian suatu bangsa tidak muncul begitu saja. Proses demi proses dilalui untuk munculnya identitas dan kepribadian. Adakalanya identitas dan kepribadian bangsa terkoyak, baik secara internal maupun karena faktor eksternal. Pada masa silam bangsa Indonesia pernah mencapai kejayaan yaitu pada masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya (Negara Nusantara I) dan pemerintahan kerajaan Majapahit (Negara Nusantara II), yang ditandai oleh kemampuan pemerintah dalam mewujudkan masyarakat adil, makmur, aman, dan tentramserta memiliki pengaruh luas baik secara kewilayahan politik, maupun ekonomi. Kegagalan negara nusantara I dan II mempertahankan eksistensinya sebagai negara yang menegara dan berdaulat penuh oleh ketidak mampuan membangun ketahanan nasional yang kuat sehingga negara surut, mundur dan bahkan hancur.
Pelajaran yang dapat ditarik dari kegagalan negara nusantara I dan II adalah bagaimana mengembalikan atau menciptakan kejayaan bangsa dan negara selama mungkin, tanpa mengulangi kesalahan yang di alami negara-negara kerajaan di masa lalu. Dalam konsep negara moderen, pengembangan konsepsi ketahanan nasional disatu sisi, diarahkan pada upaya memupuk, membina, menumbuh-kembangkan dan meningkatkan kekuatan, kemampuan, keuletan dan ketangguhan, sedang disisi lain mampu meminimalisisr, mengeleminir, dan meniadakan setiap bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, dan gangguan sebagai perangkat hidup yang melekat pada setiap manusia baik sebagai individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, perlu dikaji, ditumbuh-kembangkan dan dimantapkan pada setiap warganegara.
Kondisi kemiskinan, penderitaan dan keterbelakangan bangsa Indonesia telah mendorong dan melahirkan putra-putri daerah dari Sabang sampai Merauke untuk memperjuangkan dan mengembalikan kemerdekaan melalui pemberontakan terhadap pemerintah kolonial. Untuk mengabdikan semangat perjuangan putra-putri bangsa, pemerintah telah menetapkan para pejuang sebagai pahlawan bangsa seperti Sultan Iskandar Muda, Tjut Nyak Dien (Aceh), Si Singa Mangaraja (Batak-Sumatra Utara), Imam Bonjol (Minangkabau-Sumatra Barat), dan sebagainya. Perjuangan dan pemberontakan putra-putri daerah untuk mengusir penjajah tersebut mengalami kegagalan, namun semangatnya tidak pernah padam seperti maksud peribahasa “Patah Tumbuh Hilang Berganti, yang artinya Mati Satu Tumbuh Seribu”.


PEMBAHASAN

Beberapa Pengertian Dasar
Proses gagasan tentang ketahanan nasional di Indonesia baru dimulai tahun 1962. Lembaga yang bertugas mengakji dan mengembangkan ketahanan nasional disebut dengan Lembaga Pertahanan Nasional atau LEMHANAS. Pada awal pertumbuhannya Lemhanas belum merupakan lembaga pemerintahan yang resmi namun memiliki tugas untuk menemukan, menyusun, mengkaji, dan menyelenggarakan konsepsi ketahanan nasional. Setelah memperoleh kepastian bentuk lembaga yang tepat maka pada tahun 1965, lembaga ini diresmikan dengan nama Lembaga Pertahanan Nasional dengan singkatan LEMHANAS. Tugas awal Lemhamnas adalah: 1. Mensosialisasikan lemhanas ke dalam masyarakat, 2. Menyempurnakan konsep dan substansi ketahanan nasional secara ilmiah, 3. Mengkaji permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara secara komprehensif integral dan, 4. Menyeleksi dan menyiapkan kader pemimpin bangsa yang sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan definisi ketahanan nasional mengalami perubahan yang berarti, yaitu:
1.        Konsep Lemhanas tahun 1968
Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan kita dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun dari dalam langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2.        Konsepsi Lemhanas tahun 1969
Ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam menghadapi segala ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

3.        Konsepsi Lemhanas tahun 1972 sampai sekarang
Ketahanan nsional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mampu mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri, yang langsung atau pun tidak langsung, yang membahayakan integritas, identitas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta penrjuangan mengejar cita-cita dan tujuan nasionalnya.

Hakikat Ketahanan Nasional
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia yang digariskan oleh Lemhanas pada hakikatnya adalah konsepsi tentang pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan dalam segenap aspek kehidupan nasional secara utuh menyeluruh dan terpadu, dengan berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945 serta berpedoman pada wawasan nusantara. Berdasarkan konsepsi tersebut maka tujuan ketahanan nasional pada hakikatnya dapat dipilah ke dalam 2 tujuan yaitu:
1.        Tujuan minimal, yaitu menjaga, mempertahankan dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara selama mungkin.
2.        Tujuan maksimal yaitu sebagai wahana untuk menuju kejayaan bangsa dan negara. Implementasi tujuan ketahanan nasional, disatu sisi bangsa Indonesia sadar bahwa pergaulan antar bangsa akan menentukan bagaimana pergulatan politik domestik dan politik internasional sedang disisi lain akan menentukan bagaimana bangsa Indonesia memperjuangkan dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dalam kanca internasional.

Penyelenggaraan ketahanan nasional Indonesia dilakukan melalui pendekatan kesejahteraan dan keamanan, dimana pendekatan kesejahteraan digunakan untuk mewujudkan kemakmuran yang adil dan merata baik jasmaniah maupun rohaniah., sedangkan pendekatan keamanan digunakan untuk melindungi keberadaan dan nilai-nilai nasional bangsa Indonesia dari segala bentuk ATHG baik dari dalam maupun luar negeri. Penerapan kedua pendekatan tersebut harus dilakukan secara bersama dalam arti bahwa pendekatan tersebut harus dilakukan secara bersamaan dalam arti bahwa pendekatan kesejahteraan dan keamanan hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Implementasi pendekatan kesejahteraan dan keamanan ke dalam segenap aspek kehidupan nasional atau masing-masing gatra dapat menggambarkan kondisi ketahanan nasional secara utuh, yaitu melalui gambaran tingkat Indonesia. Peranan setiap gatra terhadap pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan dapat terwujud sebagai berikut:
1.        Peranan setiap gatra sama besarnya baik untuk pendekatan kesejahteraan maupun pendekatan keamanan,
2.        Peranan setiap gatra lebih besar untuk pendekatan kesejahteraan dari pada pendekatan keamanan dan,
3.        Peranan setiap gatra lebih besar untuk pendekatan keamanan dari pada pendekatan kesejahteraan.

Oleh kerena setiap gatra memiliki hubungan langsung dengan terciptanya nilai-nilai kesejahteraan dan keamanan, maka untuk mewujudkan kondisi ketahanan nasional yang mantap, maka nilai-nilai kesejahteraan dan keamanan serta peranan setiap gatra harus dievaluasi secara terus menerus baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Fungsi Ketahanan Nasional
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional, ketahanan nasional berfungsi dalam tiga hal, yaitu:
1.        Sebagai doktrin nasional yaitu kebulatan ajaran atau konsensus bangsa Indonesia dalam mengimplementasi falsafah Pancasila, UUD 1945 serta wawasan nusantara dan menjadi landasan pola pikir, pola sikap dan pola tingkah laku pembangunan nasional yang bersifat intersektoral dan multidimensional.
2.        Sebagai pola dasar pembangunan nasional yaitu sebagai pedoman dan arah dalam menyusun setiap program pembangunan baik dalam APBN, GBHN, maupun rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang.
3.        Sebagai sistem nasional, yaitu pola kehidupan bangsa Indonesia yang bersendi dan berazas Pancasila dan UUD 1945 dalam melaksanakan kegiatan, pekerjaan dan perjuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional serta aspirasi bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Sifat-sifat Ketahanan Nasional
Sifat ketahanan nasional meliputi:
1)        Manunggal dalam arti ketahanan nasional merupakan pengintegrasian setiap aspek kehidupan nasional secara utuh dan bulat serta selaras dan serasi.
2)        Dinamis, dalam arti kondisi ketahanan nasional bergerak setiap waktu sesuai dengan imbangan antara K4 dan ATHG.
3)        Mawas kedalam, dalam arti ketahanan nasional ditunjukan untuk bangsa dan negara sendiri, namun harus dihindarkan prinsip nasionalisme sempit.
4)        Berkewibawaan dalam arti kondisi ketahanan nasional yang mantap secara otomatis akan memancarkan kewibawaan nasional yang diperhitungkan oleh bangsa lain.
5)        Tidak membenarkan sikap adu kekuatan dan adu kekuasaan dalam arti bahwa bangsa Indonesia tidak mengembangkan sikap ekspansionisme bangsa-bangsa, agresi ke negara lain atau melibatkan diri dalam konflik antar negara, melainkan justru menggalang kerjasama dengan bangsa-bangsa lain untuk menciptakan perdamaian dan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan, kedaulatan dan keadilan.
6)        Percaya kepada diri sendiri, dalam arti bahwa bangsa percaya, yakin serta mampu untuk mengurus rumah tangganya sendiri tanpa bergantung pada pihak lain. Untuk karena itu perlu diciptakan, rasa percaya diri pada diri individunya sendiri, rasa kebangsaan, rasa cinta terhadap tanah air dan cara berfikir rasional dalam menyikapi setiap kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi disekeliling kita.

Konsepsi Dasar Ketahanan Nasional
Manusia pada dasarnya adalah ciptaan Tuhan yang memiliki derajat dan harkat tertinggi di bandingkan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda mati karena manusia diberikan kelebihan dapat berfikir (akal) dan berbahasa. Benda mati hanya mempunyai bentuk dan wujud saja, tumbuh-tumbuhan memiliki bentuk, wujud dan kehidupan saja sedang hewan memiliki bentuk, wujud, kehidupan dan naluri. Oleh sebab itu, apabila manusia tidak menggunakan kelebihan akal dan dapat berbahasa tersebut sebagaimana mestinya, ia akan menurun derajatnya menjadi kelompok binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda mati. Sebagai ilustrasi dapat digambarkan bahwa kadang-kadang manusia membuat ungkapan seperti berikut:
1.        Orang itu jangan seperti kerbau (petuah agar tidak bodoh dan dungu),
2.        Orang itu jangan seperti benalu (hidup menghisap orang lain), dan
3.        Orang kok seperti patung (hidup tidak berarti).
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia pada dasarnya adalah konsepsi tentang peraturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan dalam segenap aspek kehidupan nasional melalui pemanfaat, kerjasama dan pemberdayaan lingkungan. Pembidangan aspek kehidupan nasional dirumuskan dengan metode ASTAGATRA, yang terdiri dari aspek alamiah dan aspek sosial.
Penjelasan setiap gatra dapat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)        Ketahanan bidang posisi dan lokasi geograsi indonesi
Negara sebagai wadah bangsa Indonesia memiliki batas wilayah tertentu yang membedakan antara negara Indonesia dengan negara-negara lain. Dengan karakteristik wilayah yang bersifat nusantara, bangsa indonesia menyelenggarakan kehidupan nasional sesuai dengan nilai-nilai kebhinekaan Indonesia. Untuk itulah bangsa Indonesia memandang wilayahnya sebagai satu kesatuan yang utuh dan bulat dengan segenap isinya sehingga memberikan peluang bagi penggunaan segenap potensi dan sumberdaya efektif yang berkaitan dengan posisi dan lokasi geografi Indonesia. Bumi sebagai tempat berpijak, menyelenggarakan kehidupan, mencari makan dan berbagai urusan atau kepentingan mengharuskan setiap komponen bangsa untuk menyadari makna kesatuan dan persatuan yang utuh dan bulat agar dapat berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan pembangunan nasional dan hidup damai dengan negara-negara lain.
2)        Gatra Keadaan dan Kekayaan Alam
Kekayaan alam adalah segala potensi dan sumber alam, baik hayati maupun non hayati yang terdapat di bumi, air/laut dan udara diseluruh wilayah kekuasaan Indonesia. Kekayaan alam hayati meliputi seluruh kekayaan yang bersifat hewani dan nabati, sedang kekayaan non-hayati terdiri dari berbagai macam hasil tambang, mineral dan benda mati lainnya. Bangsa Indonesia menyadari bahwa belum semua kekayaan alam tersebut teridentifikasi secara jelas baik jumlah, sebaran maupun kualitasnya sehingga pemanfaatan selama ini cenderung belum dilaksanakan secara benar. Akibatnya, kekayaan alam yang masih bersifat potensial (belum ditemukan) belum tersentuh sam sekali, sedang kekayaan alam yang bersifat efektif sudah hampir habis. Kondisi yang lebih memperihatinkan adalah pemanfaatan kekayaan non-hayati karena sifat dasar kekayaan ini tidak dapat diperbarui namun budidayanya tidak benar.

3)        Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk adalah orang yang mendiami wilayah atau tempat tertentu dalam suatu negara. Bidang kependudukan dapat dipandang dari tiga sisi yaitu jumlah, komposisi dan sebaran penduduk. Jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2010 ini sudah berjumlah lebih dari 230 juta, disatu sisi merupakan potensi yang menguntungkan bagi masa depan bangsa Indonesia terutama dalam penyediaan tenaga kerja yang sangat diperlukan untuk kegiatan produksi barang dan jasa. Namun, disisi lain justru menjadi beban bangsa Indonesia karena masih banyak pengangguran baik yang terbuka maupun terselubung. Komposisi penduduk adalah tata susunan penduduk baik dari segi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan maupun pekerjaan utama yang ada dalam masyarakat Indonesia. Keseimbangan komposisi penduduk akan berpengaruh terhadap kondisi ketahanan nasional secara keseluruhan, sehingga bila salah satu atau beberapa unsur keseimbangan terganggu maka sangat rentan terhadap timbulnya berbagai macam konflik yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
4)        Gatra Bidang Ideologi
Ideologi merupakan landasan falsafah, pandangan hidup dan sekaligus menjadi dasar, cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila sebagai satu-satunya falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia didasarkan pada makna ideologi yaitu:
a)        Ideologi adalah perangkat prinsip pengarahan yang dijadikan dasar, arah dan tujuan untuk dicapai dalam menyelenggarakan dan mengembangkan hidup dan kehidupan nasional bangsa Indonesia, dan
b)        Ideologi adalah sistem nilai atau serangkaian nilai yang disusun secara sistematis yang dijadikan kebetulan ajaran atau doktrin bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang memiliki ideologi Barat dan ideologi Timur tidak akan berarti jika bangsa Indonesia sendiri tidak mau melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih jika bangsa Indonesia terbiasa untuk menggunakan tolok ukur atau memasukkan ideologi negara lain dalam setiap bidang, kinerja atau peraturan yang khas Indonesia. Untuk mengatasi kerancuan ini maka perlu dimantabkan dan disebar luaskan kesamaan pemahaman terhadap Ideologi Pancasila bagi seluruh bangsa Indonesia dengan mendasarkan pada: 1. Kemajemukan masyarakat Indonesia, 2. Aspek kepemimpinan baik formal maupun informal, 3. Pembangunan nasional yang adil dan merata dan, 4. Kecenderungan perkembangan dunia.
5)                  Gatra Bidang Politik
Ketahanan nasional bidang politik meliputi kajian bidang politik dalam negeri politik luar negeri yang senantiasa mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dan ketentuan hukum lainnya dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Politik dalam negeri diarahkan untuk memantapkan pelaksanaan demokrasi, persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan wilayah dan bagaimana mekanisme kehidupan politik dapat dilaksanakan secara transparan, bertanggungjawab, adil dan berkelanjutan. Dalam kehidupan politik praktis, sektor pemerintah atau negara berfungsi sebagai keluaran yaitu pengambil kebijakan umum dan keputusan politik yang berorientasi pada pencapaian cita-cita dan tujuan nasional. Sedang masyarakat sebagai input yaitu penyaluran keinginan dan tuntutan politik masyarakat baik secara langsung maupun tak langsung. Pemerintah sebagai pihak yang mewakili seluruh rakyat telah diatur dan diisi menurut prinsip demokrasi Indonesia yaitu dari, oleh dan untuk rakyat serta sejauh mungkin harus mencerminkan kehendak rakyat. Persoalan yang muncul sekarang adalah bagaiamana menciptakan keseimbangan antara sektor output dan input tersebut, yang dalam banyak hal pemerintah belum dapat mewujudkan keinginan dan tuntutan masyarakat.
6)                  Gatra Bidang Eekonomi
Aspek-aspek ekonomi dalam kontak ketahanan nasional Indonesia, meliputi:
a)        Ekonomi kemasyarakat, yaitu permasalahan ekonomi yang menyangkut masyarakat sebagai kesatuan dan keseluruhan.
b)        Struktur dan komposisi perekonomian nasional, dimana tolok ukur untuk ketahanan nasional bidang ekonomi dapat dilihat dari: 1. Struktur dan distribusi pendapatan nasional, dan 2. Partisipasi dalam memprodusir pendapatan nasional. Apabila sudah terjadi keseimbangan yang dirasa adil dalam distribusi dan partisipasi maka ketahanan nasional bidang ekonomi telah baik.
c)        Pembangunan ekonomi nasional, yaitu dengan tujuan merombak struktur ekonomi yang bersifat kolonial menuju struktur ekonomi nasional.
Ketahanan nasional bidang ekonomi dikatakan relatif tinggi apabila terjamin pencukupan dan tersedianya barang dan jasa yang penting sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inti permasalahan dalam ketahanan nasional bidang ekonomi antara lain:
a)        Potensi dan kondisi dinamika memperjuangkan, mempertahankan kontinuitas kehidupan ekonomi Indonesia.
b)        Faktor dinamika ekstern dan intern yang tercemin dalam komposisi pendapatan nasional, komposisi ekspor dan impor.

Indikator keberhasilan ketahanan nasional bidang ekonomi ditandai oleh:
a)        Pendapatan nasional yang masih bergantung pada teknologi, modal, manajemen, bahan baku, pasaran, dan lain-lain.
b)        Tingkat pemerataan
c)        Peranan partisispasi rakyat dalam produksi nasional
d)       Proses nasionalisasi perusahaan asing.
Untuk meningkatkan ketahanan nasional bidang ekonomi harus dibangun sistem ekonomi yang tangguh dan kuat diatas kekuatan sendiri melalui keseimbangan antara sektor pertanian dan industri dan sejauh mungkin dihindari tiga kondisi yang bersifat negatif yaitu: 1. Free fight liberalism, 2. Sistem etatisme, dan 3. Monopoli.
7)                  Gatra Bidang Sosial Budaya
Istilah sosial budaya menunjukkan pada dua segi yaitu segi kemasyarakatan yang berkaitan dengan kerjasama manusia demi kelangsungan hidup dan segi kebudayaan yang berkaitan dengan tingkah laku yang terlembagakan. Ketahanan nasional bidang sosial budaya menyangkut:
a)        Kebudayaan nasional dalam arti nilai-nilai dasar Pancasila dijabarkan, dijadikan ukuran dan tuntutan sikap, perilaku dan gaya hidup bangsa Indonesia melalui 36 butir.
b)        Integritas nasional dalam arti Pancasila adalah titik tolak dan tujuan integritas nasional dimana integritas nasional lahir dari tujuan nasionalyang berlandaskan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
c)        Identitas nasional dalam arti sikap, perilaku dan gaya hidup Indonesia merupakan “pengucapan” kepribadian nasional yang diekspresikan baik dalam bentuk sistem nilai yang dianut maupun dalam tingkah laku lahiriah.
Untuk mewujudkan ketahanan nasional bidang sosial budaya, diperlukan pembangunan kehidupan sosial budaya yang terarah pada upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemajuan nasional di bidang sosial budaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah terbinanya mutu manusia dan bangsa Indonesia, sebagai sumber dan kekuatan dasar kehidupan sosial budaya bangsa baik dalam kadar sikap mental, kondisi phisik maupun kecerdasan. Dengan demikian terjadi kehidupan yang selaras dan serasi dalam bidang pendidikan, agama, kebudayaan, kependudukan, pelayanan sosial, dan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8)                  Gatra Bidang Pertahanan Keamanan Nasional
Pertahanan keamanan (Hankam) adalah upaya rakyat semesta Indonesia dengan ABRI sebagai intinya. Perjuangan hankam dilaksnakan dengan menyusun, mengerahkan dan menggerakkan seluruh potensial nasional termasuk kekuatan masyarakat. Hakikat ketahanan nasional bidang hankam adalah perjuangan rakyat semesta yang disusun dan dikerahkan secara terpimpin, terkoordinasi dan terintergrasi. Sedang tujuannya adalah memberi petunjuk tentang bagaiman mengantar dan menyelenggarakan perjuangan rakyat semesta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap ketahanan nasional bidang hankam antara lain adalah: 1. Sifat dan kondisi geografi Indonesia, 2. Situasi dan kondisi Internasional, 3. Perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), 4. Masalah keterbatasan sumber daya alam dan ketidak pastian masa depan, 5. Kepemimpina dan pengelolaan (manajemen), yaitu kepemimpinan yang kuat, bersih dan berwibawah serta dinamis di semua eselor sesuai dengan kepribadian Indoensia.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, maka politik hankamnas adalah:
a)        Defektif aktif, yaitu menangkal dan menghalau ancaman-ancaman
b)        Preventif aktif, yaitu mencegah agar tidak terjadi ancaman
c)        Bebas dan aktif, yang dikembangkan sesuai dengan kemanusiaan dan perdamaian bagi seluruh umat manusia.

Hubungan antara Trigatra dengan Pancagatra
1.        Ketahanan nasional bergantung pada kemampuan bangsa dalam memanfaatkan aspek alamiah sebagai dasar bagi penyelenggaraan kehidupan nasional disegala bidang.
2.        Ketahanan nasional adalah pengertian holistik, dimana terdapat saling hubungan dan ketergantungan yang erat antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional.
3.        Kelemahan disatu bidang dapat mengakibatkan kelemahan dibidang lain dan dapat mempengaruhi kondisi keseluruhan.
4.        Ketahanan nasional bukan merupakan perjumlahan ketahanan setiap gatranya, melainkan ditentukan oleh struktur atau konfigurasi aspeknya secara struktural fungsional.
5.        Antara trigatra dan pancagatra serta antara gatra itu sendiri terdapat hubungan yang erat, yang umumnya dinamakan interelasi dan interdependensi (hubungan dan saling ketergantungan).

Pembinaan Tingkat Ketahanan Nasional
Ketahanan mempunyai arti sempit dan statis yaitu daya lenting, sedang dalam arti luas dan dinamis adalah ketahanan pribadi yang dikembangkan secara bertahap menjadi ketahanan nasional. Ketahanan pribadi akan memberikan corak yang jelas untuk ditampilkan secara nyata dalam bentuk identitas bangsa dan negara, integritas bangsa dan negara yang secara sadar memperjuangkan kelangsungan hidupnya. Ketahanan pribadi manusia Indonesia harus mencerminkan kepribadian Pancasila, yang diberintikan:
a.         Percaya pada diri sendiri
b.        Bebas dari rasa ketergantungan
c.         Memiliki jiwa dinamis kreatif
d.        Pantang menyerah
Pembinaan ketahanan nasional ini perlu dilaksanakan secara stimulus/serentak baik pembinaan terhadap aspek kekuatan, kemampuan, keuletan, ketangguhan masyarakat maupun terhadap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dihadapi. Dan dengan mencantumkan sejarah sebagai pendorong kebangkitan nasional dalam subbagian tersendiru lebih dimaksudkan sebagai penegasan verbal atas fungsi dan peranan yang memang sangat penting tersebut. Karena sulit untuk mengatakan tidak mungkin terjadi era kebangkitan nasional, jika peran perintis atau mereka yang berada dalam rotasi kebangkitan nasional itu secara aktif mempelajari perjalanan bangsa sebelumnya. Hanya dengan belajar pada apa yang terjadi sebelumnya, era kebangkitan nasional itu dapat dipentaskan kemudian. Namun, ingin pula ditegaskan bahwa kebangkitan nasional pada dasarnya dapat dimaknai secara lebih substansial dan tidak hanya terfokus pada momentum 1908, akan tetapi pada setiap kurun zaman saat bangsa ini dapat melakukan lompatan positif ke depan dan bersifat monumental, dapat juga dikatakan sebagai kebangkitan nsional. Jadi, bangsa ini bangkit tidak bisa hanya sekali saja. Dalam pengertian ini pun sejarah dapat berperan besar.


DAFTAR PUSTAKA
Tim, Pendidikan Kewarganegaraan. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Surabaya: Unesa University Press.
Juraid Abdul Latief, 2006. MANUSIA, FILSAFAT, dan SEJARAH. Jakarta: Sawo Raya.